Sabtu, 03 Mei 2008

BANGSA SEMIT DAN BAHASANYA

I. PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat untuk menjalin kekerabatan dengan sesama manusia. Bahasa juga memegang peranan penting dalam membangun peradaban, dengan sesama orang yang satu daerah atau dengan daerah yang lain. Bahasa merupakan keunikan tersendiri, satu daerah saja ada beberapa macam bahasa apalagi sudah lain negara. Dengan adanya bahasa kita menjadikan hidup ini menjadi indah dan kita bisa saling melengkapi. Bahasa sebagai simbol dan sarana utama dalam berkomunikasi antar manusia, merupakan pilar yang menyangga hubungan antar sesama. Oleh karena itu, dinamika perkembangan bahasa akan sangat dipengaruhi dinamika kebudayaan sebuah masyarakat.
Kita sebagai seorang muslim khususnya di indonesia ini, bahasa Arab bukanlah sesuatu yang asing. Sejak lahir kita telah mendengar lafadz dengan bahasa Arab, dan pertama kali adalah azan yang bahasa Arab. Dalam kehidupan keseharian kita juga menggunakan bahasa Arab yaitu ketika kita sedang melakukan kewajiban sebagai seorang muslim seperti Wudu, Azan, Iqamat, Sholat dan berdoa, semuanya kita menggunakan bahasa Arab. Umat Islam mengucap dua kalimah Syahadat, sholat dan menunaikan haji menggunakan bahasa Arab sepenuhnya.
Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa al-Quran telah memberikan jaminan terhadap keunggulan bahasa itu. Maksudnya, selagi agama Islam atau al-Quran masih wujud di muka bumi, selagi itulah bahasa Arab akan tetap berkembang. Ini dijelaskan dalam surah aI-Hijr ayat sembilan yang artinya : ”Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Zikr (al-Quran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa al-Quran merupakan satu keistimewaan bagi bahasa tersebut karena ia dapat mengangkat martabat bahasa Arab. Seandainya al-Quran dan Hadits bukan dalam bahasa Arab, maka bahasa Arab tidak mempunyai keistimewaan dan kemungkinan besar sudah hilang seperti bahasa-bahasa kuno lain.
Di sini dalam makalah kami tidak akan mengulas tentang keistimewaan bahasa Arab secara mendalam tapi akan mencoba mengulas sedikit bagaimana asal mula adanya bahasa Arab itu sendiri, dari awal mulanya ada sampai berkembangnya. Dan semoga dapat menjadikan kita lebih memahami bahasa Arab itu sendiri.
II. PEMBAHASAN
Bahasa Arab العربية‎ al-‘Arabīyyah atau secara mudahnya Arab merupakan sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur. Bahasa ini muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah negara Arab Saudi. Bahasa ini berkait rapat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aramia.[1]
BANGSA SEMIT
Seperti yang terkenal saat ini dengan dinamakannya bangsa Semit adalah merupakan julukan dari gabungan nama dari berbagai bangsa-bangsa yaitu: Aramiyah, Finiqiyah, ‘Ibariyah, Arabiyah, Yamaniyah, Babiliyah, dan beberapa bangsa yang merupakan keturunan dari bangsa-bangsa tersebut. Orang yang konsen dalam penemuan asal-usul dari semua itu adalah seorang ahli bahasa yang bernama Schlozer yang menemukannya pada akhir dari abad ke18.
Berkembangnya bangsa-bangsa tersebut dilihat dari awal mula terbentuknya adalah dimulai dari putra-putra nabi Nuh yang jumlahnya ada tiga orang yang kemudian menyebar benjadi beberapa bangsa. Mereka itu adalah, Sam, Ham, dan Yafits, yang kemudian turun menjadi beberapa keturunan, misalnya anak dari keturunan Sam itu ada beberapa orang yaitu: ‘Ailam, Asyur, Arfaksyad, Walud, dan Aram. Kemudian keturunan dari Arfaksyad menurunkan beberapa anak lagi misalnya Syailasy yang terkenal dengan bangsa Syailasy, dan ‘Abar yang terkenal dengan Abu ‘Abar, dan sampai seterusnya.[2]
Hal ini dapat dilihat, menyebar dan meluasnya bangsa ini selain dilihat dari arah politik, budaya, geografi, juga banyak disebabkan dengan hubungan kekerabatan yang saling terkait diantara bangsa-bangsa tersebut. Seperti halnya dimasukkannya bangsa Lydiens dan bangsa Alymeens termasuk bangsa Semit, karena dilihat dari dekatnya bangsa-bangsa tersebut dengan keturunan bangsa Asyury, dan juga masuknya kedua bangsa tersebut pada kekuasaan politik. Walaupun mereka kedua bangsa tersebut (Alymeen, Lydiens) tidak ada kaitan kekerabatan dengan bangsa Semit.
Begitu juga sejarah mencatat masuknya bangsa Finiqiyyah dalam jajaran bangsa Semit dilihat dari arah politik. Dengan adanya pertempuran penyebaran daerah kekuasaan menjadikan mereka jajahan bangsa-bangsa Semit.
BAHASA SEMIT
Dapat dilihat bangsa-bangsa Semit diatas dapat berkembang pesat dengan ciri dan perbedaan mereka dengan bangsa-bangsa lain. Perkembangan bangsa Semit ini juga mempengaruhi berkembangnya bahasa yang mereka miliki. Perkembangan tersebut seperti bangsa Akadiyah yang didalamnya ada bangsa Asyuriyah dan Babiliyah, kemudian bangsa Aramiyah, Kan’aniyah, Arabiyah, Yamaniyah, dan Habasiyah.
Seperti halnya diterangkan diatas bahwa orang yang konsen dalam meneliti perkembangan bahasa tersebut adalah ilmuwan yaitu Schlozer dan Eichhorn pada abad ke 18. Mereka dengan cerdas mengelompokkan dan menghubungkan beberapa bangsa tersebut secara sempurna, mulai dari bangsa yang terjauh sampai yang tidak bisa difahami seorang pun bahwa bahasa tersebut merupakan bahasa yang berhubungan dengan bangsa Semit. Seperti halnya bahasa bangsa ‘Abriyah dengan bahasa Aramiyah, dengan perbedaan dari bangsa tersebut mereka dapat mengkaji dan mengelompokkan ke dalam bahasa bangsa Semit. Penelitian bahasa Semit ini dimulai pada sekitar abad ke 10 M, kemudian pada abad ke-17 mereka menemukan ada kaitannya bahasa ‘Arab dengan bangsa Semit tersebut. Dan sampai pada abad ke-19 penelitian tentang bahasa tersebut dapat dilihat dengan sempurnanya.
Dalam pembahasan bahasa Semit ini ada dua arah pembahasan, pertama dilihat dari arah tanggal munculnya bahasa ini sampai pada perkembangan dan menyebarnya. Kemudia pada bagian kedua adalah bagian yang membahas tentang kaidah, suara, Wazzan dan Mufradat dari bahasa Semit ini.
Ada beberapa ilmuan yang menulis tentang kedua hal tersebut dan yang paling menonjol adalah Renan ilmuwan pada abad ke-19 dalam bukunya “ ” yang kemudian direfisi oleh ilmuwan yang bernama Noldek. Dan ada beberapa ilmuwan lain yang menulis buku tentang bahasa bangsa Semit seperti Wright dalam bukunya “Lectures on the Comparative Grammar of the Semitic Languages” tahun 1890, juga Zimmer dalam bukunya “Vergleichende Grammatik der semitischen Sprachen” tahun 1898. dan Brokelman.
Bagian pertama dilihat bahwa awal mula dari bahasa adalah berasal dari satu bangsa kemudian berkembang menjadi beberapa bahasa. Dari satu bangsa ke bangsa yang lain, begitu juga halnya bahasa latin yang saat ini sampai pada bangsa kita. Awal mula dari bahasa bangsa-bangsa diatas itu berawal tidak dari bahasa Semit kemudian bercampur dengan bahasa Semit yang mempengaruhi dari kekuasaan politik pada waktu itu.
Bangsa Semit ini terbagi menjadi 2 bagian, pertama bagian timur dan kedua bagian barat. Bagian timur adalah bangsa Akadiyyah atau Samariyyah ada pada 3000 S.M.
Dan bangsa semit yang bagian barat terbagi menjadi dua lagi pertama barat selatan atau barat daya, kedua barat utara atau barat laut. Bagian barat laut ini terbagi menjadi dua bagian, pertama Kan’aniyah yang meliputi Aujritiyah, Kan’aniyyah kuno sekitar abad 1411-1358 S.M, Muabiyyah adab 900 S.M, Finiqiyyah abad ke 19 S.M, dan ‘Abriyyah kuno. Kedua Aramiyyah yang terbagi menjadi dua, pertama kumpulan dialek bagian timur, kedua kumpulan dialek bagian barat.
Bagian barat daya terbagi menjadi dua bagian selatan yang meliputi: Ma’iniyyah, Sabaiyyah sekitar abad 400-375 S.M, Hadlramiyyah, Qutbaiyyah abad 2 S.M, dan Habasyiyyah. Sedangkan bagian utara, terbagi menjadi dua pertama ‘Arabiyyah Baidah yang meliputi Lahyaniyyah, Tsamudiyyah, Shafawiyyah. Kedua ‘Arabiyyah Baqiyyah yang meliputi Hijaziyyah, Tamimiyyah.[3]
NEGARA PERTAMA BANGSA SEMIT
Bahasa Semit yang menyebar luas ke beberapa bangsa pada awal mulanya juga berasal dari satu bangsa. Dan ada banyak perbedaan pendapat dalam menentukan tempat awal mula dari bahasa Semit itu.
Pendapat pertama ini mengatakan bahwa bahasa Semit ini berasal dan berkembang dari negara Habasiyyah, yang tempatnya di arah selatan bangsa Arab.
Ada lagi yang berpendapat bahwa tempat pertama berkembangnya adalah daerah utara Afrika, yang kemudian menyebar ke bagian Asia melalui terusan Zues.
Sebagian ilmuwan berpendapat tempat asal dari berkembangnya adalah di Arminiya yang berbatasan dengan Kurdistan.
Ketiga pendapat ini merupakan pendapat yang kurang valid, karena tidak ada bukti atau pertanda Artefak yang menunjukkan hal tersebut.
Ilmuwan yang bernama Guidi dan pengikutnya berpendapat bahwa asal mula tempat dari bangsa Semit adalah dibagian selatan Irak, yaitu bumi Babil. Hal ini dapat dilihat dari peninggalan sejarah yang ada seperti gedung-gedungnya, hewan, dan tumbuh-tumbuhan di tempat itu, dan watak dari bahasa Semit ini menunjukkan hal-hal tersebut yang ada di tempat itu.
dan ada yang berpendapat bahwa tempat asal munculnya bahasa Semit ada di negara Kan’an, dengan bukti-bukti dengan menyebarnya bangsa tersebut di negara Suriyah kuno, dan tidak ditemukan bangsa sebelumnya.
sedangkan pendapat yang lebih otentik bahwa awal mula bahasa Semit itu merasal dari bagian selatan barat jazirah Arabiyyah yang meliputi daerah Hijaz, Najd, Yaman, dan daerah sekitarnya.
Pendapat terahir ini menggunakan alasan bahwa perpindahan pada permulaan abad itu berasal dari daerah selatan barat ke utara timur yang meliputi daerah Suriya, Irak, dan negara sekitar. Kemudian dari negara Irak menguasai daerah Sumeriyyah kemudian baru membangun negara yang berkembang pesat yaitu negara Babil pada sekitar abad ke-36 SM. Kemudian perpindahan atau penyebaran yang ke dua adalah ketika bangsa Semit ini menuju daerah selatan, yang kemudian membentuk negara Kan’aniyyah pada abad ke 26 SM.[4]
Dari kebanyakan ilmuwan bahasa mengatakan bahwa awal mula tahun perpindahan bangsa Semit adalah ke Habasah negara Yaman. Ini menunjukkan bahwa tempat pertumbuhan bahasa Semit ini dari arah barat daya yang meliputi negara Najd, Hijaz, Yaman dan sekitarnya.
BAHASA PERTAMA BANGSA SEMIT
Seperti halnya ada beberapa perbedaan pada penetapan awal mula dari daerah penyebaran bahasa Semit, begitu juga ada beberapa perbedaan mengenai bahasa pertama yang digunakan bangsa Semit. Ada pendapat dari orang-orang Yahudi kuno yang meyakini bahwa bahasa pertama yang digunakan adalah bahasa ‘Ibariyah yang menjadi bahasa nenek moyang dari bahasa manusia, dan banyak juga ilmuwan Arab yang meyakini pendapat ini.
Pendapat lain mengatakan bahwa bahasa pertama yang dipakai bangsa Semit adalah bahasa Asyuriyah Babiliyah tapi pendapat ini tidak ditunjukkan dengan bukti-bukti yang menguatkan. Ada sebagian golongan dari ahli bahasa yang diwakili oleh Olshausen bahwa bahasa dari bangsa Arablah yang lebih mendekati dari bahasa Semit kuno.
Pendapat-pendapat diatas semuanya kurang bisa dipercaya dan kurang adanya dukungan data yang menunjukkan hal tersebut.
KEKHUSUSAN DAN PERBEDAAN DALAM BAHASA SEMIT
Ada beberapa kriteria khusus dan ada beberap perbedaan yang ada di dalam bahasa-bahasa Semit itu sendiri. Beberapa kekhususannya adalah:
Bahasa asal dari bahasa Semit itu berasal dari tiga suara yang mati tanpa huruf Layinah, yang ketiganya berbeda seperti ( ). Ada beberapa pembagian:
Ada sebagian huruf asal bahasa Semit ini berasal dari dua suara. Seperti halnya ( ), dan Dhomir ( ) Isim Syarat, Maushul, dan Isyarah ( ), dan fi’il-fi’il (kata kerja) yang hanya terdiri dari tiga huruf dalam bentuk Sharafnya ( ) yang menunjukkan adalah dari dua huruf fiil yang ada dalam kalimat tersebut. Sedangkan huruf yang ketiga adalah sebagai pembeda dari kalimat yang lain seperti halnya ( ), kemudian ada ( ).
Ada pula yang asal dari kalimat itu adalah dari dua suara huruf yang mati dengan huruf Layyinah seperti ( )
Dan sebagian kalimat lain ada yang terdiri dari dua suara, yang huruf kedua dan ketiganya sama sehingga di Idgamka sepeti ( ).
tidak jarang pula dijumpai bahwa bahsa semit itu dapat memasukkan dari beberapa kalimat dari satu asal.
bahas semit banyak kita jumpai suara yang mati seperti ( ) yang bisa bermakna ( ) dan ( ).
dan Fiil (kata kerja) dalam bahas Semit hanya dua zaman, yang lampau dan yang belum terjadi. Dengan pengecualian bahasa Akadiyyah.
Kebanyakan dalam menggunakan kalimat untuk perempuan dengan menambah huruf Tak ( ).
Sedangkan kalau dilihat dari perbedaannya ada beberapa perbedaan diantara bahasa-bahas Semit. Baik itu dari kaidahnya, suaranya, maupun dari mufradatnya.
Dari perbedaan dalam kaidah adalah dalam penentuan alat untuk membuat kalimat Ma’rifat.
Dalam bahasa Arab alat yang digunakan untuk membuat suatu kalimat menjadi kalimat ma’rifat adalah dengan menggunakan huruf Alif dan Lam (Al Ma’rifat) pada awal mula kalimat.
Sedangkan untuk bahasa ’Ibariyyah adalah dengan menggunakan huruf Ha dalam awal kalimat.
Dan dalam bahasa Sabaiyyah adalah dengan menggunakan huruf Nun di akhir kalimat.
Sedangkan dalam bahasa Suryaniyyah adalah dengan menambah huruf ( ) pada ahir kalimat.
Berbeda lagi dengan bahasa Asyuriyyah, di dalam bahasa tersebut tidak ada huruf atau alat tertentu yang digunakan untuk menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah Ma’rifat.
Begitu juga dalam menentukan pertanda untuk menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah menunjukkan makna Jama’ (banyak).
Dalam bahasa ’Ibariyyah adalah dengan menggunakan tanda ( ) ini untuk menandakan bahwa laki-laki. Dan dengan menggunakan huruf Wau dan Tak ( ) untuk menunjukkan bahwa perempuan.
Sedangkan dalam bahasa Aramiyyah adalah dengan menggunakan huruf ( ).
Untuk bahasa Arab adalah dengan menggunakan ( ) untuk bacaan Rafa’, dan ( ) untuk bacaan Nasab dan Jar di akhir kalimat untuk menunjukkan laki-laki. Dan untuk kalimat yang menunjukkan perempuan adalah dengan menggunakan Alif dan Tak ( ) pada akhir kalimat tersebut.
Sedangkan dalam perbedaan suaranya adalah:
Dalam suara bahasa arab itu ada ( ) sedangkan dalam bahasa ‘Ibariyyah tidak akan kita dijumpai.
Sedangkan dalam bahasa ‘Abariyah ada huruf P ( ) dan V ( ), yang tidak akan kita jumpai pada bahasa Arab.
Dan tidak ada dalam bahasa Babaliyah suara huruf ‘Ain, Sin, Qaf ( ).
Dan kalau bahasa ‘Ibariyah dengan menggunakan Sin ( )maka dalam bahasa Arab atau bahasa Habasyiyah dengan menggunakan Syin ( ), dan begitu juga sebaliknya.
HUBUNGAN ANTARA BAHASA-BAHASA SEMIT DENGAN BAHASA-BAHASA HAMIYYAH
Pada dasarnya bahasa-bahasa Hamiyah itu merupakan gabungan dari tiga golongan yaitu: Pertama, bahas Mesir yang meliputi mesir kuno dan bahasa Qibtiyyah, kedua bahasa Barbariyah yang meliputi bahasa daerah utara afrika kuno, ketiga bangsa Kausyiyah yang meliputi bahasa daerah-daerah timur afrika kuno. Dan hubungan bahasa-bahasa ini dengan bahasa Semit adalah:
Persamaan antara bahasa mesir kuno dengan bahasa semit adalah dalam penyebutan Dhomir (kata ganti) seperti huruf Tak ( ) untuk satu orang yang berbicara dan Nun ( ) untuk orang banyak yang berbicara.
Juga kesamaan dalam Isim-Isim ’Adat (hitungan).
dan dalam hukum Sharafnya seperti ada tambahan tak ta’nits untuk menunjukkan bahwa kalimat itu menunjukkan makna perempuan.
Dengan persamaan itu ada pendapat yang mengatakan bahwa sesungguhnya bahasa Semit bahasa mesir kuno, bahasa Barbariyyah, bahasa Kausyiyah adalah satu kesatuan sebelum ada perpecahan.

III. KESIMPULAN
Dari pembahasa di atas dapat disimpulkan bahwa bangsa Semit adalah gabungan dari beberapa bangsa, yang berawal dari ketiga putra Nuh. Bangsa Semit ini terbagi menjadi 2 bagian, pertama bagian timur dan kedua bagian barat. Bagian timur adalah bangsa Akadiyyah atau Samariyyah ada pada 3000 S.M. Dan bangsa semit yang bagian barat terbagi menjadi dua lagi pertama barat selatan atau barat daya, kedua barat utara atau barat laut. Bagian barat laut ini terbagi menjadi dua bagian, pertama Kan’aniyyah yang meliputi Aujritiyyah, Kan’aniyyah kuno sekitar abad 1411-1358 S.M, Muabiyyah adab 900 S.M, Finiqiyyah abad ke 19 S.M, dan ‘Abriyyah kuno. Kedua Aramiyyah yang terbagi menjadi dua, pertama kumpulan dialek bagian timur, kedua kumpulan dialek bagian barat.
Bagian barat daya terbagi menjadi dua bagian selatan yang meliputi: Mu’iniyyah, Sabaiyyah sekitar abad 400-375 S.M, Hadlramiyyah, Qutbaiyyah abad 2 S.M, dan Habasyiyyah. Sedangkan bagian utara, terbagi menjadi dua pertama ‘Arabiyyah Baidah yang meliputi Lahyaniyyah, Tsamudiyyah, Shafawiyyah. Kedua ‘Arabiyyah Baqiyyah yang meliputi Hijaziyyah, Tamimiyyah.
Dan ada diantara bahasa semit ada kesamaan dan perbedaan yang menjadi cirihas tersendiri.
IV. PENUTUP
Demikian makalah dari kami, tentunya ada beberapa kekurangan dalam penyajiannya, baik dalam penyebutan nama, dan istilah bahasa, dan juga dalam kelengkapan materi yang kami sampaikan. Maka dari itu kritik dan saran sangat kami tunggu dengan harapan dapat melengkapi makalah kali ini.





DAFTAR PUSTAKA
WWW.Wikipedia.Com
DR. Ali ‘Abdul Wahid Wafy ”Fiqh Luggah”, Dar Nahdloh Mashr Li Thab’i Wan Nasyr.
D.R Shubhi As-Shalih “Fiqh Lughah” Bairut: Darul ‘Ilm Lilmalayin, 1986.
[1] www.Wikipedia.com
[2] DR. Ali ‘Abdul Wahid Wafy ”Fiqh Luggah”, Dar Nahdloh Mashr Li Thab’i Wan Nasyr, Hal. 6.
[3] D.R Shubhi As-Shalih “Fiqh Lughah” Bairut: Darul ‘Ilm Lilmalayin, 1986, halaman 48-71
[4] Op. Cit. DR. Ali ‘Abdul Wahid Wafy, hal. 10-11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar