Selasa, 06 Mei 2008

AWAS KORUPSI



Pagi itu seorang perempuan setengah baya mendadak marah-marah setelah membaca koran pagi ini. Apa sebab, ternyata dalam koran tersebut diberitakan tentang tertangkapnya koruptor negara senilai Rp. 11 M. tak ayal segala umpatan kemarahan dia keluarkan, yang intinya menghujat koruptor tersebut. Bagaimana negara ini mau maju wong rakyatnya sendiri banyak yang tidak menghargai bangsanya sendiri, pantas saja negara ini jadi hancur, dari tukang palak legal sampai yang illegal semua ada, korupsi ada dimana-mana, sampai-sampai orang yang makan nasi aking hanya menjadi tontonan yang layak dipertahankan, sebagai aset dan sebagai alasan para koruptor untuk menaikkan anggaran belanja mereka. Mungkin tidak hanya perempuan itu yang jengkel atas perilaku koruptor tersebut, kita semua pun memiliki perasaan yang sama. Apalagi ketika melihat ternyata semua lembaga pemerintahan dalam negara ini berlomba-lomba dalam menaikkan angka korupsinya, sampai-sampai lembaga keagamaan yang dinilai lembaga yang tersuci menjadi ladang paling korup di negara ini.

Itulah gambaran dimana sifat selenco dari manusia menguasai, tidak tanggung jawab, tidak menghiraukan amanat, tidak memaknai kekuasaan sebagai tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebenar-benarnya.

Dalam Islam dijelaskan bahwa kita semua adalah pemimpin yang akan ditanyakan atas kepemimpinan kita, minimal kepemimpinan atas diri kita sendiri. Orang kaya akan ditanyakan kekayaannya, dari mana didapat dan kemana kekayaan itu di tasarufkan, orang pintar di tanyakan kemana kepintarannya disalurkan, berbuah kebaikan atau hanya sebatas sebagai provokasi yang berbuah pada bencana. Orang miskin ditanyakan sudah sabarkah mereka atas kemiskinannya, artinya sudah berusahakah mereka untuk merubah kemiskinannya, orang yang berkuasa ditanya dibuat apa kekuasaannya sudah berbuat adilkah mereka dengan kekusaannya, orang yang dipimpin ditanyakan sudah berbaktikah mereka pada pemimpinnya. Semua akan dipertanyakan. Sampai seorang supporter sepakbola juga akan ditanyakan atas tindakannya. Yang ahirnya orang amalnya baik walau sebiji sawi akan dimasukkan surga dan yang amalnya jelek akan dimasukkan neraka dan tidak ada tawar menawar ketika itu, apalagi bisa menyuap, semua akan merasakan keadilan yang seadil-adilnya dari Dzat yang Maha Adil.

Sungguh sebuah akhir yang menyenangkan bila kita memiliki deposito amal kebaikan diahir khisab kita. Dan sunggung sangat merugi bagi kita yang sudah banyak beramal baik tapi ternyata habis dibuat menambal hutang kita di dunia. Hutang pada sesama yang sudah kita sakiti, dengan mengambil hak-hak mereka atau memberikan bencana pada mereka.

Kita semua sebenarnya sudah diberi kedudukan sendiri-sendiri di dunia ini, dengan maksud supaya dapat berbagi dan menyalurkan kemanfaatan bagi sesama manusia untuk memakmurkan bumi ini, juga sebagai bukti bakti kita pada Allah. Kemanfaatan yang di maksud bukan hanya berbentuk materi semata melainkan segala sesuatu menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan rasa kasih sayang di dunia ini. sehingga menjadikan kedudukan itu sebagai wasilah untuk menuju dzat yang paling agung dan bukan tujuan itu sendiri. (Rosi Stewart)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar