Sabtu, 13 Desember 2008

KATA HATI YANG HILANG

"istafti qalbaka" itulah yang dikatakan Nabi pada kita untuk terus menuruti kata hati. karena hati adalah cerminan sekaligus pengingat bagi kita. mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang musti dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. ini yang sering menjadi pembimbing bagi kalangan yang sudah sampai pada derajat ma'rifat. tapi apakah kita yang sebagai awam tidak bisa mendengarkan kata hati. nah ini permasalahannya, bagi kita yang terlalu asik dengan insting dan keinginan-keinginan, kata hati menjadi terlupakan dan akhirnya tertutup dengan berbagai macam kotoran yang dapat menghambat signal untuk menerima petunjuk yang dilewatkan melalui hati kita.
Jadi jangan heran kalau ada seorang yang bisa dikatakan "waskito". orang yang bisa mendapat petunjuk sebelum suatu kejadian itu terjadi. bedanya dengan para dukun atau para manusia yang lebih mempercayai syaitan dari pada Tuhannya. kalau para dukun lebih kecanduan dengan rewangan yang berupa jin atau syaitan yang sebenarnya adalah musuh manusia. dan mungkin bagi orang-orang yang sampai pada derajat ma'rifat adalah orang yang selalu mendengarkan bisikan hatinya. dengan hati yang bersih dan tidak ada setitik debu atau segores luka dosa hati ibarat peta atau navigator yang dapat menunjukkan kemana kita harus melangkah.
tapi sayang sungguh sayang kita sulit sekali menemukan kata hati kita. kata hati yang biasa kita cuekin, menjadi enggan untuk bersuara lagi, kalau memang bersuara mungkin suaranya tidak melebihi suara semut atau suara cacing sekalipun. suara itu tertutupi dengan berbagai macam dari suara-suara yang bising. mulai dari suara teriakan emosi kita, suara tertawa kita.
suara dengkuran kekenyangan kita, sampai-sampai tertupi juga oleh suara kentut kita yang nyaringnya sampai kepelosok negri.
Bisa dibilang suara-suara yang kita ikuti dan kita andalkan kebenarannya hanya menjadi sebuah ancaman, dan hanya sebuah alat untuk memangsa kita. dengan berbagai macam opini yang masuk pada telinga kita, berbagai macam fersi kebenaran, semua mengepung dan siap menjadikan kiata sebagai budak-budak mereka. dan tidak tanggung-tanggung akibatnya. lupa daratan. nah ini yang menjadi kehawatiran kita, jika sudah lupa mana daratan mana lautan, semuanya diterjang, dan kalau tidak siap dengan peralatan dan bekal kita pasti tenggelamlah kita.
Jadi kembalikanlah suara-suara hati yang jernih kita, dan jangan pernah kita dustai lagi, karena itu adalah signal kita padaNYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar